Entri yang Diunggulkan

Perkenalan

Assalamualaikum Wr.wb  Woiiii.... yang ada disana yang ada di sini Kenalin nama gue Rizky Choirunnisa,Gue biasa di panggil Kiki atau kiny...

Kamis, 04 Februari 2016

The boy Who Cried "Wolf"

Once there was a shepherd boy who had to look after a flock of sheep. One day, he felt bored and decided to play a trick on the villagers. He shouted, “Help! Wolf! Wolf!”

The villagers heard his cries and rushed out of the village to help the shepherd boy. When they reached him, they asked, “Where is the wolf?” The shepherd boy laughed loudly, “Ha, Ha, Ha! I fooled all of you.

I was only playing a trick on you.”

A few days later, the shepherd boy played this trick again.
Again he cried, “Help! Help! Wolf! Wolf!” Again, the villagers rushed up the hill to help him and again they found that boy had tricked them. They were very angry with him for being so naughty.
Then, some time later, a wolf went into the field. The wolf attacked one sheep, and then another and another. The shepherd boy ran towards the village shouting, “Help! Help! Wolf! Help! Somebody!”
The villagers heard his cries but they laughed because they thought it was another trick. The boy ran to the nearest villager and said, “A wolf is attacking the sheep. I lied before, but this time it is true!”

Finally, the villagers went to look. It was true. They could see the wolf running away and many dead sheep lying on the grass.
We may not believe someone who often tells lies, even when he tells the truth.

http://www.kidsworldfun.com/shortstories_theboywhocriedwolf.php

Rabu, 03 Februari 2016

G30S/PKI

Cerita singkat sejarah G30S PKI memiliki berbagai versi yang belum terungkap sejak akhir era Orde Lama hingga saat ini. Sudah setengah abad atau 50 tahun sejak kejadian berdarah pada 30 September 1965 tersebut. Kala itu berlangsung penculikan para petinggi Angkatan Darat oleh sekelompok orang yang pada masa Orde Baru diklaim sebagai bagian dari PKI (Partai Komunis Indonesia) yang hendak melakukan kudeta.
G30S menjadi titik awal perubahan dari Orde Lama menuju Orde Baru. Namun transisi itu dilalui dengan rentetan peristiwa kelam. Setelah upaya kudeta yang gagal, opini masyarakat yang mengemuka saat itu adalah, PKI sebagai biang keladi pemberontakan. Lantas terjadi pembantaian terhadap anggota dan pendukung PKI di berbagai daerah. Korban yang jatuh diperkirakan mencapai 500 ribu orang hingga 3 juta. Hal ini ditambah dengan cap ‘buruk’ yang melekat pada keluarga mantan anggota PKI yang terjadi selama lebih dari tiga dasawarsa di era Orde Baru.
Belakangan muncul perdebatan tentang perlu tidaknya pemerintah meminta maaf terhadap keluarga mantan anggota PKI atas peristiwa pembantaian yang terjadi setelah G30S. Sebagian kalangan menyatakan hal itu penting sebagai titik tolak agar bangsa Indonesia bersatu, dan sebagian lagi menolak, karenaberkeyakinan PKI, yang sebelumnya juga pernah memberontak pada 1948, bersalah karena hendak mengganti Pancasila dengan ideologi lain.
Kisah G30S PKI sendiri, memiliki banyak versi. Yang paling populer adalah versi Orde Baru, yang lantas diputar dalam film dokumentar-drama berjudul “Pengkhiatan G30S/PKI’ karya Arifin C. Noer. Dalam versi ini, pada dini hari 1 Oktober 1965, terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal senior Angkatan Darat oleh pasukan berseragam Cakrabirawa yang loyal terhadap PKI.
Enam jenderal yang gugur adalah Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI R.Suprapto, Mayjen TNI M.T. Haryono, Mayjen TNI S. Parman, Brigjen TNI D.I. Panjaitan, dan Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo. Satu jenderal senior lain, Jenderal TNI A.H. Nasution yang merupakan sasaran utama, lolos dar maut. Namun ajudannya, Lettu CZI Pierre Tendean tewas. Dalam versi ini G30S dipimpin oleh Letkol Untung Sutopo.
Pasca kejadian, PKI melalui RRI mengumumkan terjadinya gerakan 30 September yang dilakukan untuk mengakhiri ‘Dewan Jenderal’, sebutan untuk para perwira tinggi AD yang diklaim hendak melakukan kudeta terhadap pemerintah. Namun pada akhirnya PKI bisa ditumpas oleh Mayjen Suharto, yang kelak menjadi presiden Indonesia di era Orde Baru.
Meskipun versi ini paling populer, ada beberapa versi lain yang bisa dijadikan sebagai perbandingan. Salah satunya, adalah, G30S ini merupakan rancangan Amerika Serikat melalui CIA. Versi ini didasarkan pada teori kegelisahan AS atas perkembangan Indonesia yang belakangan terlalu condong pada blok Uni Sovyet. Dalam versi ini disebut, CIA menggunakan perpanjangan tangan TNI AD untuk membersihkan PKI, setelah PKI terpancing oleh isu ‘Dewan Jenderal’ yang sengaja diembuskan agar mereka bertindak lebih cepat dan terburu-buru.
Ada pula versi lain, bahwa otak G30S adalah salah satu dari Soekarno atau Soeharto. Terdapat pengakuan ajudan Bung Karno, Bambang Widjanarko dalam buku The Devious Dalang karya Antonie Dake , bahwa Soekarno hendak membersihkan jenderal-jenderal yang tidak loyal padanya. Sementara, dari versi kemungkinan otak G30S adalah Soeharto, bisa dilihat dari posisinya yang akan sangat menguntungkan jika para perwira tinggi AD lain dibunuh, dan PKI dicap sebagai pelaku utama kejadian ini.
Berbagai versi yang ada memang membutuhkan kajian yang lebih mendalam lagi. Sejarah sendiri serba abu-abu, dan sosok penguasa punya kemungkinan untuk menuliskan sejarah versinya sendiri. Namun seperti yang ditegaskan oleh KSAD, Jenderal Mulyono, yang dibutuhkan bangsa Indonesia adalah selalu waspada dan tetap mempertahankan ideologi Pancasila.
Dituturkan Mulyono kepada CNN Indonesia, “Kita perlu merenung untuk menggugah kewaspadaan agar peristiwa itu tidak terulang lagi.”
Sumber:http://sidomi.com/409902/cerita-singkat-sejarah-g30s-pki-50-tahun-gerakan-30-september-1965/

Selasa, 02 Februari 2016

T O L E R AN S I   U M A T  B E R A G A M A   D AL A M   I S L A M


I. Pengertian Toleransi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.
            Jadi, toleransi beragama adalah  sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.

2. Toleransi Dalam Islam
            Toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan. . Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”

Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita akan keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adapt-istiadat, dsb.  Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing. Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah “barang baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir.

3. Toleransi Antar Sesama Muslim
            Dalam firman Allah SWT QS. Al-Hujurat ayat 10
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”

Dalam surat diatas Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman diantara 2 orang atau kelompok kaum muslim.
            Dalam mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan mensikapi perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama, al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah).

4. Toleransi Antar Umat Beragama
Toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari satu pihak ke pihak lain. Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong-menolong. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan kita bermu’amalah dari sisi kemanusiaan kita.
Allah juga menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling menghujat
Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar pemeluk agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan, hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan.
(QS. Saba:24-26):
24.  Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.

25.  Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat".
                                                             
26.              Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, Kemudian dia memberi Keputusan antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui".

5. Toleransi Umat Beragama di Indonesia
Gagasan ini muncul terutama dilatarbelakangi oleh meruncingnya habungan antar umat beragama. Sebab munculnya ketegangan intern umat beragama tersebut antara lain:
  1. Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau misi.
  2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain.
  3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang randah agama lain.
  4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat.
  5. Kecurigaan  masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama, antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan pemerintah.
  6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Pluralitas agama hanya akan bisa dicapai apabila masing-masing golongan bersikap lapang dada satu sama lain. Sikap lapang dada kehidupan beragama akan memiliki makna bagi kehidupan dan kemajuan masyarakat plural, apabila ia diwujudkan dalam:
  1. Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasan golongan agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri.
  2. Sikap saling menghormati hak orang lain untuk menganut dengan sungguh-sungguh ajaran agamanya.
  3. Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain.
  4. Perbuatan yang diwujudkan dalam:
    • Usaha untuk memahami ajaran dan keyakinan agama orang lain.
    • Usaha untuk mengemukakan keyakinan agama sendiri dengan sebijaksana mungkin untuk tidak menyinggung keyakinan agama lain.
    • Untuk saling membantu dalam kegiatan-kegiatan social untuk mengatasi keterbelakangan bersama.
    • Usaha saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain sehingga terjadi saling tukar pengalaman untuk mencapai tujuan bersama.(Tarmizi Taher, 1997:9).                   
Sumber : http://milakucaya.blogspot.co.id/p/toleransi-umat-beragama-dalam-islam.html?m=1